BAB I
PERAN DAN TUGAS PEREMPUAN DALAM KELUARGA
Wanita (seorang
ibu) itu adalah mengurus di dalam rumah suaminya dan mendidik putra-putrinya
(Al Hadist Syarif)
Peran dan tugas perempuan dalam
keluarga secara garis besar dibagi menjadi peran wanita sebagai ibu, ibu
sebagai istri, dan anggota masyarakat. Dalam kesempatan kali ini pembicaraan
lebih ditekankan pada tugas perempuan dalam membina kesehatan mental bagi
dirinya, keluarganya maupun masyarakatnya. Agar dapat melakukan peran atau
tugasnya dengan baik, maka perlu dihayati benar mengenai sasaran dan tujuan
dari peran itu.
Di samping itu, perempuan harus
menguasai cara atau teknik memainkan peran atau melaksanakan tugasnya,
disesuaikan dengan setiap situasi yang dihadapinya. Sebagai ibu, pendidik anak-anak
perempuan harus mengetahui porsi yang tepat dalam memberikan
kebutuhan-kebutuhan anaknya, yang disesuaikan dengan tahap perkembangannya.
Sikap maupun perilakunya harus dapat dijadikan contoh bagi anak-anaknya.
Sebagai
seorang istri, wanita harus menumbuhkan suasana yang harmonis, tampil
bersih, memikat dan mampu mendorong suami untuk hal-hal yang positif. Sebagai
anggota masyarakat, wanita diharapkan peran sertanya dalam masyarakat.
Keberhasilan melakukan peran di
atas, tentunya bukan merupakan hal yang mudah, yang penting adalah kemauan dan
usaha untuk selalu belajar.
BAB II
PERAN PEREMPUAN SEBAGAI IBU
2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan suatu lembaga
sosial yang paling besar perannya bagi kesejahteraan sosial dan kelestarian anggota-anggotanya
terutama anak-anaknya. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang terpenting
bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak. Keluarga merupakan wadah tempat
bimbingan dan latihan anak sejak kehidupan mereka yang sangat musa. Dan
diharapkan dari keluargalah seseorang dapat menempuh kehidupannya dengan masak
dan dewasa.
Berbicara mengenai pendidikan anak,
maka yang paling besar pengaruhnya adalah ibu. Ditangan ibu keberhasilan
pendidikan anak-anaknya walaupun tentunya keikut-sertaan bapak tidak dapat
diabaikan begitu saja. Ibu memainkan peran yang penting di dalam mendidik
anak-anaknya, terutama pada masa balita. Pendidikan di sini tidak hanya dalam
pengertian yang sempit. Pendidikan dalam keluarga dapat berarti luas, yaitu
pendidikan iman, moral, fisik/jasmani, intelektual, psikologis, sosial, dan
pendidikan seksual.
Peranan ibu di dalam mendidik
anaknya dibedakan menjadi tiga tugas penting, yaitu ibu sebagai pemuas
kebutuhan anak; ibu sebagai teladan ataau “model” peniruan anak dan ibu sebagai pemberi
stimulasi bagi perkembangan anak.
2.2
Ibu sebagai sumber pemenuhan kebutuhan anak
Fungsi ibu sebagai pemuas
kebutuhan ini sangat besar artinya bagi anak, terutama pada saat anak di dalam
ketergantungan total terhadap ibunya, yang akan tetap berlangsung sampai
periode anak sekolah, bahkan sampai menjelang dewasa. Ibu perlu menyediakan
waktu bukan saja untuk selalu bersama tetapi untuk selalu berinteraksi maupun
berkomunikasi secara terbuka dengan anaknya.
Pada dasarnya kebutuhan seseorang
meliputi kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Kebutuhan fisik
merupakan kebutuhan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya.
Kebutuhan psikis meliputi kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman,
diterima dan dihargai. Sedang kebutuhan sosial akan diperoleh
anak dari kelompok di luar lingkungan keluarganya. Dalam pemenuhan kebutuhan
ini, ibu hendaknya memberi kesempatan bagi anak untuk bersosialisasi dengan
teman sebayanya. Kebutuhan spiritual, adalah pendidikan yang menjadikan
anak mengerti kewajiban kepada Allah, kepada Rasul-Nya, orang tuanya dan sesama
saudaranya. Dalam pendidikan spiritual, juga mencakup mendidik anak berakhlak
mulia, mengerti agama, bergaul dengan teman-temannya dan menyayangi sesama
saudaranya, menjadi tanggung jawab ayah dan ibu. Karena memberikan pelajaran
agama sejak dini merupakan kewajiban orang tua kepada anaknya dan merupakan hak
untuk anak atas orang tuanya, maka jika orang tuanya tidak menjalankan
kewajiban ini berarti menyia-nyiakan hak anak.
Hadits riwayat Bukhari dan
Muslim:
Rasulullah saw Bersabda: “Setiap
bayi lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid). Ibu bapaknyalah yang menjadikan
Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Seorang ibu harus memberikan atau
memuaskan kebutuhan anak secara wajar, tidak berlebihan maupun tidak kurang.
Pemenuhan kebutuhan anak secara berlebihan atau kurang akan menimbulkan pribadi
yang kurang sehat di kemudian hari.
Dalam memenuhi
kebutuhan psikis anak, seorang ibu harus mampu menciptakan situasi yang aman
bagi putra-putrinya. Ibu diharapkan dapat membantu anak apabila mereka menemui
kesulitan-kesulitan. Perasaan aman anak yang diperoleh dari rumah akan dibawa
keluar rumah, artinya anak akan tidak mudah cemas dalam menghadapi
masalah-masalah yang timbul.
Seorang ibu
harus mampu menciptakan hubungan atau ikatan emosional dengan anaknya. Kasih
sayang yang diberikan ibu terhadap anaknya akan menimbulkan berbagai perasaan
yang dapat menunjang kehidupannya dengan orang lain. Cinta kasih yang diberikan
ibu pada anak akan mendasari bagaimana sikap anak terhadap orang lain. Seorang
ibu yang tidak mampu memberikan cinta kasih pada anak-anaknya akan menimbulkan
perasaan ditolak, perasaan ditolak ini akan berkembang menjadi perasaan
dimusuhi. Anak dalam perkembangannya akan menganggap bahwa orang lainpun
seperti ibu atau orang tuanya. Sehingga tanggapan anak terhadap orang lain juga
akan bersifat memusuhi, menentang atau agresi.
Seorang ibu
yang mau mendengarkan apa yang dikemukakan anaknya, menerima pendapatnya dan
mampu menciptakan komunikasi secara terbuka dengan anak, dapat mengembangkan
perasaan dihargai, diterima dan diakui keberadaanya. Untuk selanjutnya anak
akan mengenal apa arti hubungan di antara mereka dan akan mewarnai hubungan
anak dengan lingkungannya. Anak akan tahu bagaimanacara menghargai orang lain,
tenggang rasa dan komunikasi, sehingga dalam kehidupan dewasanya dia tidak akan
mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain.
2.3
Ibu sebagai teladan atau model bagi
anaknya.
Dalam mendidik anak seorang ibu harus mampu
menjadi teladan bagi anak-anaknya. Mengingat bahwa perilaku orangtua khususnya
ibu akan ditiru yang kemudian akan dijadikan panduan dalam perlaku anak, maka
ibu harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Seperti yang difirmankan
Allah dalam:
Surat Al-Furqaan ayat 74:
“Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi golongan orang-orang yang bertaqwa.”
Kalau kita perhatikan naluri orang tua seperti yang Allah firmankan dalam
Al Qur’an ini, maka kita harus sadar bahwa orang tua senantiasa dituntut untuk
menjadi teladan yang baik di hadapan anaknya.
Sejak anak lahir dari rahim seorang ibu, maka ibulah yang banyak mewarnai
dan mempengaruhi perkembangan pribadi, perilaku dan akhlaq anak. Untuk
membentuk perilakua anak yang baik tidak hanya melalui bil lisan tetapi
juga dengan bil hal yaitu mendidik anak lewat tingkah laku. Sejak
anak lahir ia akan selalu melihat dan
mengamati gerak gerik atau tingkah laku ibunya. Dari tingkah laku ibunya
itulah anak akan senantiasa melihat dan meniru yang kemudian diambil, dimiliki
dan diterapkan dalam kehiduapnnya. Dalam perkembangan anak proses
identifikasi sudah mulai timbul berusia 3 – 5 tahun. Pada saat ini anak
cenderung menjadikan ibu yang merupakan orang yang dapat memenuhi segala
kebutuhannya maupun orang yang paling dekat dengan dirinya, sebagai
“model” atau teladan bagi sikap maupun
perilakunya. Anak akan mengambil, kemudian memiliki nilai-nilai, sikap
maupun perilaku ibu. Dari sini jelas bahwa perkembangan kepribadian anak
bermula dari keluarga, dengan cara anak mengambil nilai-nilai yang ditanamkan
orang tua baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam hal ini hendaknya orang
tua harus dapat menjadi contoh yang positif bagi anak-anaknya. Anak akan mengambil
nilai-nilai, sikap maupun perilaku orang tua, tidak hanya apa yang secara sadar
diberika pada anaknya misal melalui nasehat-nasehat, tetapi juga dari perilaku
orang tua yang tidak disadari. Sering kita lihat banyak orang tua yang
menasehati anaknya tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Hal ini akan
mengakibatkan anak tidak sepenuhnya mengambil nilai, norma yang ditanamkan.
Jadi, untuk melakukan peran sebagai model, maka ibu sendiri harus sudah
memiliki nilai-nilai itu sebagai milik pribadinya yang tercermin dalam sikap
dan perilakunya. Hal ini penting artinya bagi proses belajar anak-anak dalam
usaha untuk menyerap apa yang ditanamkan.
2.4
Ibu sebagi pemberi stimuli bagi
perkembangan anaknya
Perlu diketahui bahwa pada waktu
kelahirannya, pertumbuhan berbagai organ belum sepenuhnya lengkap. Perkembangan
dari organ-organ ini sangat ditentukan oleh rangsang yang diterima anak dari
ibunya. Rangsangan yang diberikan oleh ibu, akan memperkaya pengalaman dan
mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Bila pada
bulan-bulan pertama anak kurang mendapatkan stimulasi visual maka perhatian
terhadap lingkungan sekitar kurang. Stimulasi verbal dari ibu akan sangat
memperkaya kemampuan bahasa anak. Kesediaan ibu untuk berbicara dengan anaknya akan
mengembangkan proses bicara anak. Jadi perkembangan mental anak akan sangat
ditentukan oleh seberapa rangsang yang diberikan ibu terhadap anaknya.
Rangsangan dapat berupa cerita-cerita, macam-macam alat permainan yang edukatif
maupun kesempatan untuk rekreasi yang dapat memperkaya pengalamannya.
Dari apa yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa kunci keberhasilan seorang
anak di kehidupannya sangat bergantung pada ibu. Sikap ibu yang penuh kasih
sayang, memberi kesempatan pada anak untuk memperkaya pengalaman, menerima,
menghargai dan dapat menjadi teladan yang positif bagi anaknya, akan besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak. Jadi dapat dikatakan bahwa
bagaimana gambaran anak akan dirinya ditentukan oleh interaksi yang dilakukan
ibu dengan anak. Konsep diri anak akan dirinya positif, apabila ibu dapat
menerima anak sebagaimana adanya, sehingga anak akan mengerti kekurangan maupun
kelebihannya. Kemampuan seorang anak untuk mengerti kekurangan maupun
kelebihannya akan merupakan dasar bagi keseimbangan mentalnya.
BAB III
PERAN WANITA SEBAGAI ISTRI PENDAMPING SUAMI
3.1 Peran Wanita Sebagai Istri Pendamping Suami
Berbicara masalah peran ibu sebagai
istri pendamping suami tentunya tidak lepas dari peran ibu sebagai ibu rumah
tangga. Tetapi ada baiknya dilihat beberapa peran yang pokok seorang wanita
sebagai pendamping suami.
3.2
Istri Sebagai Teman/Partner Hidup
Pengertian teman di sini
mempunyai arti adanya kedudukan yang sama. Istri dapat menjadi teman yang dapat
diajak berdiskusi tentang masalah yang dihadapi suami. Sehingga apabila suami
mempunyai masalah yang cukup berat, tapi istri mampu memberikan suatu sumbangan
pemecahannya maka beban yang dirasakan suami berkurang. Disamping itu sebagai
teman menandung pengertian jadi pendengar yang baik. Selama di kantor suami
kadang mengalami ketidak-puasan atau perlakuan yang kurang mengenakkan,
kejengkelan-kejengkelan ini dibawanya pulang. Di sini istri dapat mengurangi
beban suami dengan cara mendengarkan apa yang dirasakan suami, sikap seperti
ini dapat memberi ketenangan pada suami.
3.2.1
Istri sebagai penasehat yang bijaksana
Sebagai manusia biasa suami tidak
dapat luput dari kesalahan yang kadang tidak disadarinya. Nah, di sini istri
sebaiknya memberikan bimbingan agar suami dapat berjalan di jalan yang benar.
Selain itu suami kadang menghadapi masalah yang pelik, nasehat istri sangat
dibutuhkan untuk mengatasi masalahnya.
3.2.2
Istri sebagai pendorong suami
Sebagai manusia, suami juga masih
selalu membutuhkan kemajuan di bidang pekerjaannya. Di sini peran
istri dapat memberikan dorongan atau motivasi pada suami. Suami diberi semangat
agar dapat mencapai jenjang karier yang diinginkan, tentunya harus diingat
keterbatasan-keterbatasannya. Artinya istri tidak boleh yang terlalu ambisi terhadap
karir atau kedudukan suami, kalau suami tidak mampu jangan dipaksakan, hal ini
akan menimbulkan hal-hal yang negatif.
Pada prinsipnya dari apa yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
peran istri sebagai pendamping suami dapat sebagai teman, pendorong dan
penasehat yang bijaksana. Dan yang paling penting bahwa semua peran itu dapat
dilakukan dengan baik apabila ada keterbukaan satu sama lain, kerjasama yang
baik dan saling pengertian.
Demikianlah sekelumit pokok-pokok yang dapat dijadikan pengetahuan bagi
ibu-ibu dalam melakukan perannya di dalam keluarga. Insya Allah, keluarga kita
semua menjadi keluarga Sakinah.
Semoga
bermanfaat. Wassalam Wr.Wb.
BAB IV
PERAN WANITA DALAM MASYARAKAT
4.1 Peran Wanita Dalam Masyarakat
Secara kodrati, wanita sebagai
manusia tidak dapat melepaskan diri dari keterikatannya dengan manusia lain.
Seperti kita ketahui bahwa pada dasarnya berhubungan dengan individu lain
merupakan suatu usaha manusi untuk memenyhi kebutuhan sosialnya. Dari hubungan
antar pribadi ini, tumbuhlah perasaan diterima, ditolak, dihargai-tidak
dihargaidan diakui-tidak diakui. Di samping itu dari hubungan antar pribadi
ini, manusia dapat lebih mengenal dirinya sendiri, banyak mendapatkan penilaian
dan memberikan penilaian. Bergaul dengan individu lain, membuka kesempatan bagi
wanita untuk dapat menyatakan diri dan mengembangkan kemampuannya.
Suatu kenyataan bahwa dewasa ini
keikut-sertaan wanita dalam mencapai tujuan pembangunan sangat diharapkan.
Berbagai peran dan tugas ditawarkan bagi wanita, dalam hal ini tentunya kita
harus selalu selektif jangan sampai terkecoh sehingga lupa pada kodratnya.
Dalam hubungan antar pribadi
(pergaulan) masing-masing individu diberi kesempatan untuk mengembangkan
pribadinya agar dapat mendekati sempurna. Wanita, dalam bergaul memperoleh
banyak kesempatan untuk menghayati proses sosialisasi itu, baik sebagai subjek
atau objek dalam kehidupan bersama.
Sehubungan dengan kebutuhan manusia
untuk berhubungan dengan individu lain, Islam mengajarkan umatnya untuk
menjalankan silaturahmi sebagai usaha untuk mempererat persaudaraan dengan
sesama umat. Dari silaturahmi inilah awal tumbuhnya Ukhuwah Islamiyah, yang
merupakan suatu cara untuk mencapai terwujudnya masyarakat Islam yang bersatu.
Keberhasilan kita dalam menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat pada
umumnya, maupun sesama muslim pada khususnya dapat ditentukan oleh kemampuan
untuk memberikan kasih sayang, menghindarkan diri dari sifat kasar, dengki,
fitnah, dan saling curiga mencurigai. Di samping itu pergaulan kita dengan
individu lain ditentukan oleh:
a.
Pengertian bahwa tiap individu mempunyai
kepribadian tertentu, yang unik dan hanya dimiliki oleh individu tersebut.
b.
Pengertian bahwa tiap individu mempunyai
kebutuhan yang berbeda dengan individu lain, hal ini akan mendasari
perilakunya.
c.
Kemampuan kita untuk mengerti perasaan
orang lain, toleran, dan penuh pengertian.
d.
Sikap untuk menghargai orang lain
sebagai suatu pribadi dan tidak terlalu mementingkan diri kita sendi
BAB V
KESIMPULAN
BUTIR-BUTIR
PENTING
PENDIDIKAN IMAN (dalam Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, DR.Abdullah Nashih
Ulwan)
1. Mengikat anak dengan
dasar-dasar iman, antara lain iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab
samawi, iman kepada Rasul, iman kepada pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir,
iman kepada siksa kubur, hari kebangkitan, hari hisab, dan neraka.
a. Mengenalkan kekuasaan
Allah, penciptaan langit dan bumi (Al-Baqarah: 164; Ath-Thariq: 5-10; Abasa:
24-32; Faathir: 27-28; Qaaf: 6-8; An Nahl: 10-17)
b. Menanamkan roh khusus,
takwa dan ubudiyah kepada Allah SWT ( Al-Hajj: 34-35; Maryam:58; Al Hadiid: 16;
Aj-Jumar:23)
c. Mendidik anak menyadari
akan muraqabatullah (pengawasan Allah)
2. Mengawali pendidikan dengan kalimat “ la
ilaha ilallah”
3.
Mengenalkan
hukum haram dan haram
4.
Menyuruh
beibadah sejak berusia tujuh tahun
5.
Mendidik
untuk mencintai Rasulullah saw, mencintai ahli baitnya dan cnita membaca Al
Qur’an
PENDIDIKAN BIDANG
AKHLAQ (dalam Praktek Rasullullah saw Mendidik Anak bidang Akhlaq dan Pergaulan
karangan Drs. M.Thalib)
1.
Mendidik
berlaku santun kepada orang tua dan orangb lain
2.
Mendidik
menghormati saudara tua dan tetangga
3. Mendidik mengetahui hak
dan mengajarkan menghormati orang lain
4.
Mendidik
menjauhi yang haram
5.
Mendidik
berlaku adil
6.
Menanamkan
kejujuran
7.
Melatih
memikul tanggung jawab
8.
Mendidik
meringankan kesulitan orang lain
9.
Mengajarkan
etika makan
10. Membiasakan mengucap
salam keika masuk rumah
PENDIDIKAN BIDANG
PERGAULAN
1.
Memilihkan
teman sebaya yang baik
2. Memberi salam ketika
bertemu orang lain
3.
Melatih
berani menyampaikan pesan
4.
Melatih
berani bertanya
5.
Melatih
mengurus kepentingan orang lain
6.
Mengunjungi
orang sakit
7.
Mengajak
menghadiri walimah
MENDIDIK BIDANG
INTELIGENSI
1.
Mengajari
sholat dan berdo’a
2.
Menguji
bacaan Al-Qur’an
3.
Menjelaskan
proses kejadian manusia
4.
Melatih
berpikir yang berguna
5.
Mendidik
berbagai pengetahun yang bermanfaat
6.
Mengajari
kepemimpinan
MENDIDiK BIDANG
EMOSI
1.
Memperlakukan
dengan kasih sayang
2.
Melatih
keberanian
3.
Mengajarkan
sikap tenang
4.
Melatih
kesabaran ketika sakit, dan menghadapi musibah
5.
Mengajari
berdo’a ketika sakit
6.
Menyuruh
pembina persaudaraan
7.
Mengajari
menyikapi kesalahan orang lain
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN
PEREMPUAN SEBAGAI ISTRI
1.
Taat
kepada Allah dan Rasulnya
2. Taat kepada suami selama
dalam lingkaran ketaatan kepada Allah
3.
Menyerahkan
diri apabila suami menginginkan
4.
Tidak
boleh memasukkan laki-laki yang tidak disenangi suami saat suami tidak ada di
rumah
5.
Tidak
meremehkan pemberian nafkah suami
6.
Menjaga
harta suami dengan tidak berlebihan dalam membelanjakannya
7.
Bersama-sama
suami mendidik anak
8.
Mengurus
rumah sehingga nampak asri dan nyaman
9.
Menghibur
suami dikala susah dan mengalami masalah
10. Menjaga rahasia suami dan
rumah tangga
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus